PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
Hubungan interaksi antara bidan dan pasiennya dilakukan melalui pelayanan kebidanan. Pengertian pelayanan kebidanan di sini adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Peran dan fungsi bidan diimplementasikan dalam bentuk pelayanan kebidanan. Tujuan dari pelayanan kebidanan adalah komunitas adalah meningkatnya kesehatan ibu, anak dan balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat dan sejahtera di dalam komuniti tertentu. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan kelompok masyarakat (komuniti).
Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Manajemen kebidanan adalah metode asuhan atau pelayanan yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasien dari gangguan kesehatan yang dapat membahayakan hidupnya. Didasarkan pada upaya tersebut, maka kegiatan pelayanan komunitas yang dilakukan oleh bidan adalah:
• Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan
• Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita
• Perbaikan gizi dan Keluarga
• Imunisasi pada ibu dan anak
• Pertolongan persalinan di rumah
• Pelayanan keluarga berencana.
Dalam kesempatan kali ini, penyusun mencoba menguraikan mengenai pelayanan kebidanan komunitas dalam hal masa nifas, bayi baru lahir dan Keluarga berencana.
PERIODE PASCAPARTUM BBL DAN KB
I. Periode PascaPartum Imediat
Setelah persalinan ibu mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya pada status tidak hamil normal. Professional perawatan kesehatan paling baik mendukung ibu untuk menjalani tahap pengasuhan bayi ini dengan menguatkan kemampuan ibu untuk merawat bayinya, memvalidasi pengaruh budaya yang penting bagi ibu dan keluarganya, member bimbingan dan konseling yang tepat dan mengkaji status fisik serta psikososial ibu.
Perubahan Fisik dalam Perode PascaPartum Imediat
a. Sistem Reproduksi
Transisi uterus, serviks dan vagina dari status hamil ke tidak hamil disebut sebagai involusi. Proses involusi uterus meliputi : kontraksi uterus, autolysis sel miometrium, regenerasi epithelium. Segera setelah kelahiran, kontraksi menurunkan ukuran uterus sampai kira-kira ada di tengah antara simfisis dan umbilicus. Selama 12 jam kemudian fundus stabil setinggi umbilicus, kemudian menurun kira-kira 1 cm atau selebar 1 jari setiap harinya, meskipun ada berbagai pertimbangan dalam hal pola involusi (Cluett, Alexander, dan Pickering, 1997).
Segera setelah kelahiran ada penurunan pada estrogen, progesterone, human placental lactogen(hPL), dan human corionic gonadotropin (hCG), yang mengakibatkan keterbalikan pada sebagaian besar perubahan system terkait dengan kehamilan.
b. Payudara
Ibu yang tidak menyusui mengalami involusi jaringan payudara selama minggu pertama setelah melahirkan. Pada pascapartum hari ke2-4 pembesaran payudara primer dapat dialami sebagai akibat distensi dan stasis vascular dan system limfatik. Ketika ASI membengkakan lobul-lobul dan alveoli pembesaran payudara sekunder dapat dialami. Kurangnya stimulasi putting menimbulkan penurunan kadar prolaktin dan produksi ASI berhenti.
Memulai laktasi
Persiapan fisik dan fisiologis untuk menyusui mulai dini pada kehamilan. Singkatnya, setelah konsepsi payudara meningkat ukurannya dan pigmentasi areola makin gelap. Meskipun kadar prolaktin meningkat selama kehamilan, peningkatan kadar estrogen dan progesterone sirkulasi menghambat laktasi. Setelah kelahiran kadar estrogen dan progesterone menurun secara drastic yang memungkinkan prolaktin merangsang sintetis ASI. Selain itu, penurunan kadar katekolamin menekan sekresi prolactin inhibiting factor (PIF) dari hipotalamus. Ketika suplai ASI telah terjadi, kadar prolaktin dasar tetap dua sampai tiga kali lebih tinggi dari kadar kehamilan dan kadar ini meningkat 10-20 kali pada saat pengisapan. Kadar prolaktin meningkat dengan segera pada awal pengisapan dan jumlah prolaktin yang dilepaskan serta volume ASI yang dihasilkan secara langsung berkaitan dengan jumlah pengisapan (Chan, 1997).
Refleks ejeksi ASI mengakibatkan ASI diejeksikan ke dalam system duktus dan sinus. Pengisapan memberi stimulasi neural dibawah putting yang kemudian yang kemudian ditransmisikan via neuron aferen dalam korda spinalis ke hipotalamus yang mengakibatkan pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior.
Kolostrum adalah subsatansi pertama yang dihasilkan oleh sel sekretori dalam alveoli. Cairan ini sering dikeluarkan pada setengah proses persalinan kemudian dan ada sampai ASI tradisional diproduksi beberapa hari setelah kelahiran. Kolostrum adalah cairan jerih kekuningan yang proteinnya lebih tinggi daripada ASI sejati tetapi karbohidrat, lemak dan kalorinya lebih rendah (67 kcal/dl).
c. Sistem Kardiovaskuler
Segera setelah melahirkan curah jantung meeningkat sampai kadar 60% sampai 80% lebih tinggi dari kadar sebelum persalinan, kemudian mulai menurun setelah 10 menit (Blackburn dan Loper, 1992). Peningkatan pada tekanan darah pada sistolik dan diastolic kira-kira 5 % umum terjadi selama 4 hari pasca partum. Tekanan darah menurun selama dua hari pertama setelah melahirkan pada ibu yang kehamilannya lanjut. Aktivitas fibrolitik meningkat sampai puncaknya selama 3 jam pertama setelah melahirkan.
Factor pembekuan lain menurun selama 1 minggu setelah kelahiran kemudian mencapai kadar normalnya sebelum hamil. Perubahan pada factor koagulasi, bersamaan dengan penurunan mobilitas, peningkatan risiko terjadinya tromboembolik pada periode pascapartum imediat.
d. Sistem Ginjal
Telah diperkirakan bahwa 30-60% ibu mengalami inkontinensia stress urinarius selama kehamilan, dan banyak ibu ini terus mengalami masalah tersebut selama periode pascapartum. Relaksasi spingter uretral dan penurunan kekuatan otot pelvis menimbulkan inkontinensia stress urinarius (Meyer et al., 1998)
e. System Gastrointestinal
Tonus dan motilitas gastrointestinal menurun selama perode pascapartum imediat. Tonus abdomen yang lembek disertai penurunan motilitas dapat menimbulkan distensi gas 2 sampai 3 hari setelah melahirkan (Blackburn dan Loper, 1992). Rasa takut terhadap nyeri pada sisi laserasi, episiotomy, atau hemoroid dapat memperberat konstipasi pada minggu pertama setelah melahirkan. Pola defekasi normal ibu harus terjadi selama minggu pertama.
PENATALAKSANAAN PERIODE PASCA PARTUM IMEDIAT
Penatalaksanaan pascapartum harus menunjukkan suatu pemahaman tentang proses stabilisasi normal pada ibu sehat ketika tubuhnya mengalami transisi ke status tidak hamil. Profesi perawatan kesehatan dapat dianggap sebagai pembimbing yang mengenali dan memastikan kekuatan dan kompetensi individu ketika anggota keluarga menyesuaikan peran baru mereka sambil mengantisipasi bidang pendidikan dan konseling yang dibutuhkan.
Selama beberapa jam pertama setelah melahirkan nadi dan tekanan darah harus diperiksa setiap 15 menit kemudian setiap 4-8 jam (American Academy of Pediatrics and American Obstetricians and Gynaecologists, 1997). Bila tanda vital telah stabil, pemeriksaannya dapat dilakukan setiap 4-8 jam sampai pemulangan dari rumah sakit atau rumah bersalin atau selama dua hari pertama jika melahirkan dirumah.
Perdarahan pervaginam di evaluasi dengan mengobservasi rabas selama masase fundus dan dengan mengkaji jumlah darah pada pembalut perineum. Dengan jenuhnya satu pembalut dalam 15 menit segera setelah melahirkan dipertimbangkan kehilangan darah banyak (Wong dan Perry, 1998).
Bila ada trauma perineum atau terjadi edema, kompres es selama 24 jam pertama menurunkan ketidaknyamanan. Stimulasi dingin menghasilkan penurunan eksitabilitas ujung saraf bebas dan menurunkan konduksi saraf yang menimbulkan peredaan nyeri yang hamper segera. Vasokontriksi yang disebabakan oleh suhu dingin dan menurunkan spasme otot.
Penyembuhan sisi plasenta dan tempat trauma di vagina dan perineum adalah tempat potensial infeksi, oleh karena itu, pemeriksaan internal harus diupayakan minimal dan area perineum harus dipertahankan bersih dan kering. Ibu dapat diinstruksikan untuk membersihkan area perineum dengan air hangat setelah berkemih kemudian mengeringkan area tersebut dengan tissue dari depan ke belakang.
Bila ibu mengalami peningkatan rasa nyeri atau nyeri tampak terlalu berlebihan dibanding trauma perineumnya, praktisi perlu memriksa ibu untuk menyingkirkan adanya hematoma. Selain itu bila perdarahan tampak banyak atau merembes konstan khususnya pada uterus keras, pemeriksaan untuk menyingkirkan laserasi vagina dalam atau serviks perlu dilakukan.
Ibu harus dianjurkan untuk berkemih dalam 4 jam pertama setelah melahirkan. Bila ia tidak mampu berkemih atau bila ada distensi kandung kemih , kateterisasi harus dipertimbangkan. Bila mungkin ibu harus dibantu untuk ke toilet untuk berkemih. Pengaliran air keran dan aliran langsung dari botol ke perineum dan dapat membantunya berkemih. Bila ia tidak dapat turun dari tempat tidur, menempatkan pispot dengan beberapa tetes peppermint dalam pot tersebut dapat merilekskan meatus urinarius dan memudahkan berkemih spontan (Wong dan Perry, 1998).
Fungsi defekasi biasanya kembali 2-3 hari setelah kelahiran. Dengan mendorong konsumsi cairan dan makanan yang mengandung serat memudahkan fungsi usus. Ibu yang mengalami episiotomy atau laserasi mendapat keuntungan dari penggunaan pelunak feses, khususnya bila mereka mengalami riwayat masalah konstipasi atau bila mereka mempunyai hemoroid.
Segera setelah kelahiran ibu sering merasa sangat lapar. Bila cairan ditoleransi kemajuan ke diet penuh segera setelah melahirkan sangat tepat. Praktisi harus menyadari keyakinan budaya tentang nutrisi setelah kelahiran.
Ambulasi dini menurunkan risiko tromboflebitis, sehingga ibu harus dianjurkan untuk ambulasi segera setelah merasa dapat melakukannya. Karena risiko hipotensi serta individu lain harus menemani ibu beberapa kali ia turun dari tempat tidur.
Perawatan Ibu Setelah Seksio Secarea
Ibu yang telah mengalami seksio Cesarea biasanya memerlukan penatalaksanaan medis sampai pemulangan ke rumah mereka. Kontinuitas perawatan dengan bidan member kesempatan untuk ibu mengungkapkan perasaannya. Bidan juga memberikan bimbingan yang diperlukan untuk transisi normal menjadi peran ibu, termasuk dukungan menjadi ibu serta bantuan dalam menyusui.
Memulai Menyusui
Keuntungan menyusui untuk ibu dan bayinya telah diketahui dengan baik. Keuntungan ibu meliputi :
1. Penurunan kehilangan darah setelah melahirkan
2. Penurunan tingkat ansietas, stress, depresi, keletihan, dan rasa bersalah.
3. Menunda terjadinya ovulasi sehingga meningkatkan jarak anak yang bisa disebabkan oleh amenore laktasi.
4. Perlindungan simpanan zat besi yang disebabkan oleh amenore laktasi.
5. Penurunan risiko osteoporosis
6. Penurunan risiko kanker payudara pada wanita, terutama bila menyusui lebih dari 3 bulan.
7. Penurunan risiko kanker ovarium
8. Penghematan financial untuk keluarga.
Keuntungan bagi bayi yang menyusu meliputi :
1. Perlindungan dari infeksi termasuk penyakit gastrointestinal, penyakit pernafasan,otitis media, enterokolitis nekrotikans, dan apendisitis.
2. Penurunan risiko sindrom kematian bayi tiba-tiba.
3. Peningkatan konsentrasi asam dokosaheknoik di fosfolipid (dianggap berkaitan dengan perubahan perkembangan kognitif.
4. Penurunan diabetes tergantung insulin pada anak-anak.
5. Penurunan alergi yang berkaitan dengan mengonsumsi susu sapi.
6. Penurunan dermatitis atopic.
Bidan, dokter dan perawat yang merawat ibu selama periode perinatal ada dalam posisi untuk member nasehat tentang praktik yang menguntungkan ini kepada yang mungkin belum mempertimbangkan praktik ini.
Professional perawatan kesehatan mempunyai tanggungjawab untuk memberi lingkungan yang mendukung mulainya dan kelanjutan upaya ibu untuk menyusui bayinya. Dukungan keluarga dan dari ibu lain dalam komunitas harus diketahui dan adanya konseling harus harus membangun pengalaman ibu sebelumnya tentang menyusui dan keyakinan tentang menyusui. Identifikasi terhadap keyakinan budaya tentang menyusui harus juga digali dan konseling harus dilakukan untuk memenuhi keyakinan ini.
Professional perawatan kesehatan yang mempraktikan filosofi bidan membantu ibu dalam mempelajari ketrampilan menyusui dalam beberapa cara :
• Dengan memberi bantuan tangan ketika diperlukan
• Berbicara dengan ibu sambil mempraktikkan penempatan bayi pada payudara dengan cara ketika ibu itu sendiri melakukan tugas tersebut.
• Membiarkan ibu mempraktikkan sendiri atau dengan individu pendukung lain, bila ibu menginginkannya. (Henschel dan Inch, 1996).
Menyusui harus dianggap sebagai aktivitas rileks dan saling memuaskan antara ibu dan bayinya. Bidan membantu ibu dengan menolongnya menemukan posisi yang nyaman untuk memulai menyusui. Kenyamanan dalam posisi dipengaruhi oleh tipe melahirkan (per vagina/ bedah sesar), keletihan, bentuk tubuh ibu, serta ukuran payudara atau puting. Untuk posisi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu duduk di tempat tidur dengan ditopang bantal, duduk, duduk di kursi yang lebar serta nyaman, atau berbaring miring.
Ibu dapat menentukan apakah bayinya berada dalam posisi yang tepat, bila hal dibawah ini teridentifikasi :
• Ada tarikan kuat dan nyeri pada putting ke dalam mulut bayi.
• Bila areola terlihat, mungkin bibir atas bayi lebih ke atas daripada bibir bawahnya.
• Hidung bayi menyentuh payudara
• Dagu kontak dengan payudara
• Sudut bibir bayi lebih dari 100 derajat.
• Seluruh rahang bawah bergerak ketika bayi mengisap (Henschel dan Inch, 1996).
Aspek Emosi dan Psikososial Perode PascaPartum Imediat
Kelekatan orangtua mulai selama periode prenatal dan meningkat , intensitasnya secara singkat setelah kelahiran (Kennel dan Klaus, 1998). Bidan, dokter dan perawat dapat memfasilitasi perilaku kelekatan pasca melahirkan dengan member lingkungan yang membantu mengembangkan kontak dan interaksi ayah dan ibu berlanjut dengan bayi baru lahir.
Selain perilaku kelekatan, mendapatkan peran menjadi orangtua meliputi mengintegrasikan menjadi orangtua ke dalam identitas seseorang tentang diri sendiri mendapatkan ketrampilan yang diperlukan untuk merawat anak dan menemukan kenikmatan dan kepuasan dalam peran orangtua (Mercer, 1985).
Ibu dan bayi yang sehat yang tidak mengalami komplikasi selama proses kelahiran, tidak boleh dipisahkan. Kelekatan memerlukan kedekatan dan interaksi. Telah diketahui bahwa pelepasan oksitosin selama menyusui member kontribusi fisiologis pada pengembangan perilaku kelekatan (Kennel dan Klaus, 1998).
Selama 1-3 hari pertama kebanyakan ibu ada pada fase dependen, karena mereka mengandalkan orang lain untuk merespons pada kebutuhan kenyamanan, istirahat dan nutrisi mereka (periode taking-in menurut Rubin (1963)). Ibu mungkin masih banyak bicara pada masa ini, menceritakan kembali pengalaman melahirkan, mengagumi bayi, dan mencari dukungan dari keluarga dan teman. Pemberi perawatan dapat memfasilitasi proses ini dengan menunjukkan respons-respons bayi yang normal, seperti memfokuskan wajah ibu atau memalingkan ke suara ibu atau ayah. Professional kesehatan dapat dengan perlahan menjelaskan perilaku bayi dan membantu ibu mengembangkan pemahaman yang tepat tentang pengalaman ini.
Kebutuhan Pendidikan Kesehatan dalam Periode PascaPartum imediat
Selama 72 jam pertama pasca kelahiran, professional perawatan kesehatan bertanggungjawab untuk mengkaji dasar pengetahuan ibu mengenai perawatan sendiri dan bayinya dan memberikan perawatan dan bimbingan antisipasi dengan tepat. Bidang-bidang perawatan dan peningkatan kesehatan berikut biasanya tercakup dalam upaya penyuluhan kesehatan sebelum pemulangan :
1. Nutrisi
Diet seimbang yang baik diperlukan ketika ibu pulih dari upaya fisik melahirkan. Bila ibu menyusui dianjurkan dietnya serupa dengan yang diperlukan ketika hamil (sedikitnya 1800 kcal/hari) (Food and Nutrition Board, 1992). Untuk cairan kebanyakan praktisi menganjurkan sedikitnya minum 10 gelas atau cairan nutrisi per hari. Protein membantu perbaikan jaringan, dan buah serta sayuran dan sumber serat lain membantu kembalinya fungsi normal usus. Bila ibu anemia selama kehamilan berikan suplemen multivitamin yang mengandung asam folat dan zat besi, disertai asupan makanan yang mengandung zat besi dan asam folat.
2. Aktivitas
Tirah baring absolute tidak baik, karena peningkatan risiko masalah tromboembolik, ibu harus dianjurkan istirahat kapan pun bayi istirahat.
3. Perawatan Perineum
Ibu harus diberitahu untuk mencuci area ini dengan air hangat dan mengeringkan dari depan ke belakang setelah berkemih atau defekasi. Ibu harus dianjurkan untuk menghubungi pemberi perawatan bila ada peningkatan nyeri di area insisi atau laserasi.
4. Perawatan Payudara
Ibu menyusui dapat diberitahu untuk mencuci putting hanya dengan air hangat dan mencuci tangan mereka dalam persiapan menyusui. Bra yang baik member sokongan pada payudara tanpa ada area tekanan atau kontriksi. Bimbingan antisispasi mengenai pembengkakan payudara dan tindakan untuk menurunkan ketidaknyamanan harus diberi.
5. Seksualitas
Ibu harus diberitahu bahwa melakukan hubungan seksual adalah keputusan yang sangat individual dengan rentang ekspresi normal. Umumnya, koitus dapat dilakukan kembali dengan aman ketika tidak ada perdarahan vagina berwarna merah, ketika jahitan telah sembuh, dan ketika ibu secara emosional merasa memerlukannya. Ibu yang menyusui harus diberi tahu bahwa lubrikasi vaginal dapat menurun karena perubahan hormonal. Ibu harus diberitahu bahwa bila mereka melakukan kembali hubungan seksual sebelum pemeriksaan pascapartum 6 minggu, mereka harus memberitahu pemberi pelayanan pada adanya area yang masih nyeri tekan atau tidak nyaman. Idealnya konseling dilakukan dengan kehadiran pasangan.
6. Perubahan Emosi
Pemberi pelayanan harus mendiskusikan awitan normal “perasaan haru” dan terjadinya depresi yang lebih serius pada semua ibu. Ibu dapat diyakinkan tentang kenormalan perasaan tersebut, dan diyakninkan bahwa kondisi tersebut dapat hilang dengan sendirinya. Depresi dan psikosis harus dijelaskan sebagai kondisi serius yang memrlukan intervensi professional.
7. Tanda bahaya pascapartum
Semua ibu harus diberitahu untuk menghubungi pemberi pelayanan mereka untuk adanya penyimpangan dari normal berikut ini :
• Demam 38⁰C
• Peningkatan perdarahan vagina yang tidak hilang dengan istirahat atau menyusui , penggantian pembalut lebih dari 1 per jam, peruabahan karakter lokia, termasuk berbau menyengat.
• Nyeri local pada salahsatu atau kedua payudara
• Nyeri di atas uterus
• Nyeri saat berkemih
• Nyeri, nyeri tekan atau kemerahan di atas vena.
• Ketidakmampuan merawat diri sendiri atau bayi, depresi yang mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari.
8. Perawatan tindak lanjut
Suatu rencana harus dibuat untuk pengkajian tindak lanjut oleh pemberi perawatan. Pemberi pelayanan menemui klien untuk tindak lanjut pascapartum rutin dari 4-6 minggu setelah melahirkan.
KONTRASEPSI
Sama dengan konseling pasca partum lain, konseling kontrasepsi idealnya mulai pada periode prenatal. Pemberi asuhan harus mendiskusikan rencana ibu untuk fertilitas di masa mendatang dan memberinya informasi yang membantunya membuat keputusan yang sesuai dengan keyakinan dan kebutuhan pribadinya. Penggalian pengalaman dengan penggunaan kontrasepsi sebelumnya memberi perspektif historis tentang apa yang memuaskan dan apa yang kurang memuaskan.
Kesehatan dan kependudukan berhubungan dengan erat antara satu sama lain. Jumlah penduduk di dunia ini cenderung terus meningkat. Bila tidak dilakukan pengendalian pertambahan jumlah penduduk akan menimbulkan masalah social (Syahlan, 1996).
Secara umum pelayanan medic keluarga berencana ialah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga. Secara khusus tujuan pelayanan medic keluarga berencana adalah untuk :
• Meningkatkan kesadaran masyarakat/keluarga dalam penggunaan alat kontrasepsi
• Menurunkan jumlah angka kelahiran bayi
• Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Pelayanan medic keluarga berencana diarahkan kepada keluarga yang secara sadar ingin mengatur atau memberhentikan kelahiran anak mereka dan keluarga yang ingin menjarangkan dan memberhentikan kelahiran anak dengan alasan kesehatan. Di bawah ini adalah alas an-alasan yang mendorong ibu dalam mengikuti keluarga berencana :
• Ibu menderita penyakit yang akan bertambah berat bila ia hamil
• Ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 30 tahun
• Ibu yang punya lebih dari 5 anak
• Ibu yang sukar dalam persalinan
• Keluarga dan anak yang bergizi buruk
• Ibu yang selalu keguguran
• Keluarga miskin
• Keluarga yang tinggal di rumah sempit
Manfaat dari Keluarga Berencana :
• Dengan mengatur jumlah kelahiran anak, maka kesehatan ibu dapat lebih terjamin baik fisik, mental maupun social
• Anak yang direncanakan akan diperhatikan perkembangannya secara sungguh-sungguh hingga dapat tumbuh dengan wajar.
• Anak-anak lainnya sudah siap menerima adik yang akan dilahirkan
• Keluarga dapat mengatur pendapatannya untuk kehidupan keluarganya.
• Jumlah keluarga yang direncanakan akan membawa kondisi ke arah keluarga yang sejahtera.
Kegiatan pelayanan KB :
• Komunikasi Informasi dan edukasi (KIE)
• Pelayanan kontrasepsi
• Pembinaan dan pengayoman medis kontrasepsi peserta keluarga berencana
• Pelayanan rujukan keluarga berencana
• Pencatatan dan pelaporan
Penyuluhan Kesehatan dalam Keluarga Berencana
Penyuluhan kesehatan dalam keluarga mencakup kegiatan komunikasi. Kegiatan ini diarahkan kepada masyarakat untuk kepentingan mensukseskan keluarga berencana. Tujuan penyuluhan adalah agar masyarakat dapat menjadikan keluarga berencana sebagai pola kehidupan. Artinya : masyarakat dapat mengetahui, memahami serta menyadari pentingnya keluarga berencana, serta mau melaksanaknnya untuk kesehatan, kesejahteraan keluarganya, masyarakat dan Negara pada umumnya.
Penyuluhan dilakukan dengan beberapa cara :
• Wawancara
• Ceramah
• Demonstrasi
• Pameran
Hatcher dan sejawatnya (1999) menunjukkan bahwa pemberi asuhan mempertimbangkan hal berikut ketika melakukan kontraseptif :
• Menyadari bias tentang yang ada pada dirinya sendiri.
• Mengetahui bahwa setiap metode mempunyai baik keuntungan maupun kerugian
• Mengetahui pentingnya baik keefektifan dan keamanan metode untuk pasien tertentu.
• Mempertimbangkan kebutuhan perlindungan terhadap infeksi menular seksual (PMS)/ HIV.
• Mengetahui pentingnya kenyamanan dan kemampuan untuk menggunakan metode dengan tepat.
• Mempertimbangkan perlunya negoisasi pada pasangan untuk penggunaan yang konsisten.
Berikut ini ada pertimbangan dari berbagai jenis alat kontrasepsi sebagai rekomendasi, :
1. Berpantang
Berpantang dilakukan oleh berbagai macam budaya sebagai cara melindungi ibu dari jarak kehamilan yang dekat.
• Mekanisme Kerja : karena tidak ada semen simpanan dekat vagina, jadi fertilisasi tidak mungkin terjadi
• Masalah pada periode pascapartum : umumnya dianggap sebagai respons normal pada periode pascapartum, biasanya 6-8 minggu setelah kelahiran.
• Keefektifan : data tidak tersedia untuk menetapkan angka kegagalan pengguna dalam tahun pertama.
• Keuntungan : tidak ada kemungkinan efek samping hormonal
• Kerugian : memerlukan komitmen ketat serta control diri dari kedua belah pihak.
• Efek samping : perselisihan dapat terjadi, jika pasangan ibu tidak menghendaki pendekatan ini.
• Calon ideal : pasangan yang matang (untuk berkomitmen sudah matang pula pemikirannya)
2. Metode kesadaran fertilitas
• Mekanisme Kerja : ibu diajarkan untuk menentukan kapan terjadi ovulasi, kemudian berpantang berhubungan seksual pada waktu fertilitas atau dengan menggunakan metode lain untuk mencegah konsepsi. Ada dua metode yaitu, metode kalender, metode ovulasi, metode suhu basal tubuh, metode simtotermal.
• Masalah pada periode pascapartum : menyusui ASI, karena efeknya pada sekresi vaginal dan mucus serviks, dapat membuatnya lebih sulit mengidentifikasi tanda ovulasi.
• Keefektifan : angka kegagalan khas pada tahun pertama rata-rata 25% untuk semua kewaspadaan fertilitas.
• Keuntungan : metode ini memampukan ibu menjadi lebih sadar tentang fisiologisnya sendiri. Tidak ada efek samping pada metode farmakologis.
• Kerugian :ibu dengan periode tidak teratur mungkin mempunyai kesulitan waktu menentukan periode fertilitas.
• Efek samping : tidak terdapat komplikasi yang diketahui.
• Calon ideal : pasangan yang sangat termotivasi untuk lebih dahulu mendokumentasikan pengalaman siklus ibu dan kemungkinan pengalaman periode panjang.
3. Metode Amenore Laktasi , banyak penelitian internasional yang besar telah memastikan penggumaan MAL sebagai metode temporer kontrasepsi untuk ibu yang menyusui ASI penuh, ibu yang menstruasinya belum muncul kembali, dan ibu yang bayinya berusia kurang dari 6 bulan.
• Mekanisme Kerja : isapan bayi merangsang aksis hipofisis-hipotalamik untuk melepaskan prolaktin yang menghambat ovulasi.
• Masalah pada periode pascapartum : metode tidak dapat digunakan secara efektif bila nayi lebih dari 6 bulan, bila menstruasi telah kembali, bila makanan lain telah dikenalkan pada diet bayi.
• Keefektifan : angka kegagalan penggunaan khas selama 6 bulan adalah 2%.
• Keuntungan : ASI adalah makanan paling baik bagi bayi, menyusui merupakan pengalaman paling menyenangkan bagi ibu, kegiatan ini memfasilitasi kedekatan ibu dan bayi dan melindungi terhadap infeksi tertentu pada BBL.
• Kerugian : menyusui ASI sering mungkin sulit untuk beberapa ibu. Bila ibu positif HIV, terdapat 14-29% risiko infeksi bayi dengan pemajanan pada ASI.
• Efek samping : ibu dapat mengalami luka puting, nyeri tekan payudara, dan mastitis.
• Calon ideal : ibu yang menetapkanuntuk menyusui ASI dan yang menyusui ASI untuk minimal 6 bulan adalah calon terbaik untuk metode ini.
4. Pemutusan (koitus interuptus), pemutusan masih dipraktikkan pada beberapa budaya meskipun keterbatasan metode ini sangat jelas.
• Mekanisme Kerja : pris menarik penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi.
• Masalah pada periode pascapartum : metode ini dapat digunakan pada periode pascapartum.
• Keefektifan : angka kegagalan penggunaan yang khas pada tahun pertama adalah 19%.
• Keuntungan :tidak ada efek samping hormonal dalam, metode ini mudah dilakukan.
• Kerugian : memerlukan kerjasama sepenuhnya dari pihak pria dan kemampuan untuk menarik segera sebelum ejakulasi.
• Efek samping : pasangan dapat mengalami frustasi dengan kurangnya kesempatan ekspresi seksual komplet.
• Calon ideal : pasangan yang mempunyai hubungan monogamy, berkomitmen dan matur yang dapat menerima risiko kehamilan yang tinggi.
5. Metode Barier : Kondom Pria, kondom wanita, Spermicida, Diafragma, Penutup Serviks
• Mekanisme Kerja : dengan menggunakan alat yang ditaruh pada
• Masalah pada periode pascapartum : untuk yang dipakai oleh wanita kurang baik digunakan, untuk laki-laki dapat digunakan.
• Keefektifan : angka kegagalan penggunaan yang khas pada tahun pertama adalah 21% untuk kondom wanita, dan 14% untuk kondom pria.
• Keuntungan : dapat mengontrol serta mengurangi risiko penularan PMS dan HIV.
• Kerugian : pasangan harus merasa nyaman dengan menggunakan alat-alat ini.
• Efek samping : reaksi alergi dari bahan kondom atau spermisid, ada beberapa orang yang kesulitan cara pemakaian alat-alat ini.
• Calon ideal : pasangan dengan komitmen untuk menggunakan metode ini pada setiap aktifitas seksual.
6. Kontrasepsi oral kombinasi
• Mekanisme Kerja : kontrasepsi oral kombinasi, menekan ovulasi pada 90-95% siklus. Pil menyebabkan pengentalan mucus serviks dan penggunaan kontinu menimbulkan perkembangan buruk endometrium, menimbulkan inhibisi implantasi.
• Masalah pada periode pascapartum : penggunaan pada ibu menyusui ASI masih controversial. Penggunaan KOK dapat menurunkan kuantitas ASI dikarenakan hormone estrogen.
• Keefektifan : angka kegagalan penggunaan yang khas pada tahun pertama adalah 5%.
• Keuntungan : KOK telah ditemukan menurunkan dismenore, nyeri ovulasi, dan kehilangan darah menstruasi actual.
• Kerugian : wanita dapat mengalami spotting vaginal selama beberapa siklus pertama dan mengalami amenore.
• Efek samping : ibu dapat mengalami mual, nyeri tekan payudara, peningkatan ukuran payudara, peningkatan berat badan sekunder akibat peningkatan nafsu makan. Beberapa mengalami hipertensi.
• Calon ideal : ibu yang menginginkan keuntungan KOK dan yang dapat mengingat kapan minum pil pada waktu yang sama setiap hari.
7. Kontrasepsi oral (hanya progestin)
• Mekanisme Kerja : PHP menekan ovulasi pada kira-kira 50% siklus , mengentalkan mucus serviks, dan menimbulkan penipisan endometrium yang menghambat implantasi.
• Masalah pada periode pascapartum : pemakaian dianjurkan setelah 6 minggu persalinan.
• Keefektifan : angka kegagalan penggunaan yang khas pada tahun pertama adalah 5%.
• Keuntungan : hampir sama dengan KOK, penggunaan PHP dapat juga digunakan oleh ibu dengan riwayat tromboplebitis, perokok, dan ibu berusia di atas 35 tahun.
• Kerugian : gangguan menstruasi yang dikaitkan dengan PHP meliputi spotting.
• Efek samping : dapat meningkatkan depresi, ansietas, keletihan dan nafsu makan.
• Calon ideal : ibu menyusui dan ibu yang dikontraindikasi pada komponen estrogen dari KOK adalah calon yang ideal.
8. Progestin Injeksi (DMPA)
• Mekanisme Kerja : DMPA menghambat diorongan LH dan FSH karenanya menekan ovulasi. DMPA juga mengentalkan mucus dan menurunkan ketebalan endometrium.
• Masalah pada periode pascapartum : WHO merekomendasikan DMPA pada setelah 6 minggu pascapartum.
• Keefektifan : Angka kegagalan penggunaan tipikal pada tahun pertama adalah 0,3%.
• Keuntungan : penggunaan DMPA dikaitkan dengan penurunan dismenore, nyeri ovulasi, dan kehilangan darah menstruasi. DMPA dapat digunakan oleh ibu yang tidak dapat menggunakan preparat yang mengandung estrogen, dan dapat digunakan pada ibu yang menyusui.
• Kerugian : metode ini tidak member perlindungan terhadap PMS.
• Efek samping : penambahan berat badan menetap, depresi berat, dan reaksi alergi berat adalah komplikasi yang jarang.
• Calon ideal : ibu yang tidak dapat menggunakan estrogen dan menginginkan kontrasepsi yang sangat efektif.
9. Norplant
• Mekanisme Kerja : norplant terdiri dri 6 kapsul plastic yang lunak yang mengandung levonorgestrel 36mg pada setiap kapsulnya. Pelepasan progestin menimbulkan pengentalan mucus serviks dan menghambat ovulasi, lama kelamaan endometrium menjadi atropik.
• Masalah pada periode pascapartum :WHO menganjurkan memulai penggunaan Norplant setelah 6 minggu pascapartum.
• Keefektifan : Angka kegagalan penggunaan norplant adalah 0,05%.
• Keuntungan : penggunaan norplant dikaitkan dengan penurunan kram, nyeri ovulasi, dan kehilangan darah menstruasi.
• Kerugian : pola perdarahan irregular, serta tidak melindungi terhadap ISK.
• Efek samping : amenore, adalah masalah umum pengguna, kesulitan mengangkat dapat menimbulkan jaringan parut yang merugikan atau kerusakan saraf.
• Calon ideal : ibu yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif dan yang berisiko rendah terhadap ISK.
10. Alat Kontrasepsi dalam rahim
• Mekanisme Kerja : alat polietilen berbentuk T yang dibungkus tembaga dan kawat ganda yang tergantung pada tungkai vertical alat. Mekanisme kerja dianggap bersifat mekanis dan gangguan kimiawi pada uterus menurunkan proporsi sperma yang mencapai ovum yang menurunkan kesempatan implantasi ketika terjadi fertilisasi.
• Masalah pada periode pascapartum : di Amerika Serikat, pemasangan IUD harus ditunda sampai involusi uterin selesai karena kontraksi yang terjadi selama involusi dapat meningkatkan risiko perforasi dan ekspulsi.
• Keefektifan : Angka kegagalan penggunaan khas pada tahun pertama adalah 0,8% untuk alat tembaga dan 2% pada alat progesterone.
• Keuntungan : IUD adalah metode yang sangat efektif untuk kontrasepsi jangka panjang namun mudah reversible, ibu tidak perlu memulai penggunaannya setiap waktu akan koitus.
• Kerugian : ibu dapat mengalami peningkatan spotting atau menstruasi yang hebat dan peningkatan dismenorea pada IUD tembaga. 11% ibu melepaskan pada tahun pertama karena masalah perdarahan. Penggunaan IUD progesterone dapat mengurangi jumlah perdarahan dan dismenorea.
• Efek samping : risiko penyakit radang panggul meningkat pada bulan pertama setelah pemasangan, terdapat risiko nyeri saat pemasangan, perforasi uterine dan alergi pada tembaga.
• Calon ideal : wanita yang melahirkan anak yang membutuhkan kontrasepsi jangka panjang yang berisiko rendah terhadap risiko.
11. Sterilisasi Wanita
• Mekanisme Kerja : pemutusan tuba falopii melalui pembedahan menghambat kemampuan sperma memfertilisasi ovum.
• Masalah pada periode pascapartum : Ligasi Tuba (LT) dapat dilakukan kapan saja pada periode pasca partum.
• Keefektifan : angka kegagalan penggunaan khas bervariasi sesuai tipe prosedur yang digunakan. Umumnya angka kegagalan 10 tahun kumulatif dari 0,8%-3,7%. Angka kegagalan 2 tahun adalah 0,7%.
• Keuntungan : LT adalah permanen dan sangat efektif. Metode dapat meningkatkan kepuasan dalam aktivitas seksual karena penurunan rasa takut hamil.
• Kerugian : terdapat beberapa perubahan pada pola menstruasi selama beberapa bulan pertama setelah prosedur.
• Efek samping : Risiko pembedahan meliputi infeksi, robekan luka operasi, hemoragi, kerusakan pada organ lain dan kematian (biasanya berkaitan dengan komplikasi anestesi).
• Calon ideal : ibu yang matang dan yakin tidak ingin memiliki anak lagi.
12. Sterilisasi Pria Volunter
• Mekanisme Kerja : Pemutusan vas deferens mencegah pasase sperma dalam cairan seminal.
• Masalah pada periode pascapartum : tidak ada
• Keefektifan : angka kegagalan penggunaan khas siperkirakan0,1%
• Keuntungan : karena ini adalah metode pria tidak terdapat keuntungan pada wanita, kecuali bahwa pria mengambil peran aktif dalam berkontraseptif.
• Kerugian : salah satu atau kedua pasangan mungkin menyesali keputusan di kemudian hari.
• Efek samping : komplikasi pembedahan termasuk perdarahan.
• Calon ideal : pria yang menginginkan kontrasepsi permanen dan yang berisiko rendah terhadap ISK.
BAYI BARU LAHIR YANG SEHAT
Suatu pemahaman seksama tentang perubahan fisiologis neonatus yang dialami pada waktu kelahiran adalah dasar untuk memberi perawatan bayi baru lahir.
• Adaptasi Kardiopulmonal
Saat lahir, perubahan dalam system pernapasan dan kardiovaskuler terjadi secara simultan untuk membuat paru bukan plasenta tempat utama transfer oksigen dan karbon dioksida.
• Termoregulasi
Bayi baru lahir terutama renta pada kehilangan panas dan rebates kemampuannya untuk berespon pada stres dingin.
Empat mekanisme kehilangan panas adalah konduksi, radiasi,konveksi,dan evaporasi.
• Pengaturan Cairan,Glukosa,dan Elektrolit
Kebutuhan neonatus terhadap air sangat besar .Pada cukup bulan, 78% dari total berat badan adalah air.
• Perubahan Gastrointestinal
Pada saat lahir, usus bayi steril dan fungsinya imatur. Bising usus normalnya mulai setelah kira-kira 30 menit.Kolonisasi usus selama minggu pertama setelah kelahiran dipengaruhi oleh flora gastrointestinal.Ssetelah minggu pertama, flora bergantung pada metode menyusui.
PERAWATAN IMEDIAT PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL
Dmemahami tentang perubahan fisiologi yang terjadi pada bayi baru lahir , pendekatan rasionalterhadap perawatan dapar dimungkinkan.
Tujuan peraatan adalah mendukung transisi,mencegah komplikasi potensial, mengidentifikasi abnormalitas, dan melakukan intervensi bila perlu.
Resusitasi Bayi Baru Lahir
Penolong kelahiran harus selalu siap untuk resusitasi pada setiap kelahiran. Kira-kira 6%bayi baru lahir membutuhkan resusitasi dan kira-kira 30% sampai 50% dari jumlah tersebut tidak terantisipasi (Chance dan Hanvey, 1987). Langkah pertama untuk keberhasilan resusitasi adalah kesiapan. Setiap kelahiran, penolong kelahiran atau perawat harus memeriksa alat pengisap.
PERAWATAN LANJUT BAYI BARU LAHIR NORMAL
Status Perilaku Bayi
Perawatan lanjut didasarkan pada pemahaman tentang perubahan neurobehavioral yang terjadi pada bayi baru lahir.
Memulai Menyusui
Memulai menyusui selama fase pertama reaktivitas mengoptimalkan kesempatan keberhasilan. Selama tahap kedua tidur tidak responsif,upaya menyusui air susu ibu (ASI) mungkin akan gagal, yang akan menurunkan kepercayaan diri ibu.
Ikatan Orang Tua –Bayi
Periode pertama reaktivitas juga penting untuk perkembangan hubungan orang tua-anak.Bahwa kontak ekstra awal antara ibu dan bayi secara positif memengaruhi hubungan tersebut.
Tanda Vital, Berat Badan, dan Medikasi
Pengkajian terus menerus terhadap transisi fisiologis pada kehidupan eksrtauterin penting.Praktisi harus mengukur berat badan kelahiran dengan akurat,memberikan medikasi bayi baru lahir, dan melakukan pengkajian seksama terhadap bayi
Vitamin K
Sudah menjadi standar praktik untuk memberi vitamin K selama 2 jam pertama kehidupan bayi untuk mencegah penyakit hemoragik bayi baru lahir.
Profilaksis Oftalmia Neonatal
Pemberian agens untu mencegah oftalmia neonatorum adalah praktik standar, meskipun percobaan terkontrol masih kurang mendukung pengobatan profilaktik pada observasi klinis dan pengbatan yang didasarkan pada simtomologi.
PENGKAJIAN NEONATUS AWAL
Pengkajian neonatus awal meliputi riwayat, pemeriksaan fisik, dan pengkajian usia gestasi. Pemeriksaan normalnya ditunda selama fase reaktivitas pertama karena memengaruhi menyusu dan kedekatan.Pengkajian paling baik dilakukan pada fase ketiga, ketika bayi tenang dan terbangun.
Riwayat Keluarga
Harus didapat pada prenatal dan ditinjau ulang sebelum pengkajian bayi baru lahir
Riwayat Obstetrik Terdahulu
Riwayat obstetrik ibu masa lalu mengenai usia, jenis kelamin, dan jumlah saudara harus ditinjau ulang.
Kondisi yang memerlukan identifikasi Riwayat Kelurga
• Fibrosis kistik
• Fenilketonuria
• Penyakit sel sabit
• Hemofilia
• Ginjal polkistik
• Anomali congenital
Faktor Risiko Maternal yang Dikaitkan dengan Masalah Neonatus
• Penyakit Ibu
• Hipertensi
• Penyakit jantung
• Diabetes
• Anemia
• Penyakit ginjal
• Asma
• Isolmunisasi
• Perdarahan pervagina
• Gangguan afektif
• Penggunaan
Riwayat Gestasi Bayi Terkini
Golongan darah ibu, Rh, dan periksaan antibodi harus diidentifikasi untuk mengkaji risiko penyakit hemolitik pada bayi.
Pengkajian Lingkungan /Sosial
Lingkungan dan kemampuan menjadi orang tua sangat memengaruhi kesehatan bayi baru lahir.Usia, bahasa dan tingkat pendidikan ibu dapat menpengaruhi kemampuannya berkomunikasi secara efektif dengan pemberi perawatannya.
Riwayat Persalinan dan Kelahiran
Riwayat persalinan dan kelahiran harus ditinjau ulang.Usia gestasi pada waktu kelahiran,lama persalinan, presentasi janin, dan rute kelahiran harus dicatat.Pecah ketuban lama,demam pada ibu, dan cairan amnion yang berbau adalah faktor risiko atau prediktor infeksi neonatal.
Riwayat Neonatus
Bayi sejak lahir harus ditinjau ulang,termasuk pola menyusui,berkemih,defekasi,tidur dan menangis.Tanda vital,medikasi yang diberikan pada bayi baru lahir,dan hasil laboratorium,seperti golongan darah,hematokrit,glukosa,pHtali pusat,atau gas darah arteri harus ditinjau ulang.
PEMERIKSAAN FISIK
Praktisi didorong untuk mengembangkan sistim pengkajian fisik dan mempraktikannya secara konsisten untuk mencegah kelalaian.
Penampilan Umum
Langkah pertama adalah observasi secara cermat penampilan bayi saat istirahat.Pemeriksaan harus mencatat tonus,warna,ekspresi,dan perilaku.
Pengukuran Antropomorfik
Panjang bayi harus diukur dari ujug kepala sampai tumit dengan keyakinan bahwa kaki terekstensi penuh.
Integumen
Warna kulit, suu,dan teksturnyaharus dikaji. Adanya variasi kulit harus diketahui dan dijelaskan pada orang tua. Adanya verniks kaseosa, material putih yang terdiri dari sebum dan sel epitel yang terdeskuamase,adalah umum ada dilipatan dan lekukan kulitbayi.
Kepala
Tengkorak bayi terdiri dari 13 tulang, termasuk dua tulang frontal,dua tulang parietal, dan satu tulang oksipital.Tulang-tulang ini sering saling tumpang tindih pada saat kelahiran, yang membuat fontanel lebih kecil atau sulit untuk diraba. Pada hari pasca partum pertama,kedua fontanelharus dapat diraba dengan mudah dan tidak menonjodan meregang.
Ekstermitas Atas
Ekstermitas atas dikaji untuk ukuran dan mobilitasna. Ukuran setiap tulang harus proporsional untukukuran seluruh tungkai dan tubuh secara umum.Tungkai harus simetrik. Terdapat 10 jari. Telapak harus terbuka secara penuh untuk memeriksa jari.
Pengkajian Toraks, Pernapasan, dan Kardiovaskuler
Dada bayi dikaji dengan menggunakan inspeksi,palpasi,dan auskultasi.bentuk toraks harus dikaji.Normalnya, diameter anteroposteriorsama dengan diameter transversal.
Abdomen
Abdomen dikaji dengan menggunakan inspeksi, auskultasi, dan palasi ringan dan dalam. Pemeriksa dimulai dengan menginspeksi, kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen. Adanya massa nyata harus diteliti lebih lanjut.Normalnya abdomen simetris, lunak dan bulat.
Ekstermitas bawah
Panggul bayi harus dievaluasi untuk adanya dislokasi kongenital dengan menggunakan teknik Orlani dan Barlow.
Genitalia
Pada bayi perempuan, tonjolan labia mayora,minora dan klitoris harus diperhatikan.vagina diinspeksi untuk kepatenannya dengan meregangkan labia dan menginspeksi introitus.Tag himen umum dan umumnya menghilang. Mukoid atau sedikit darah ang terlihat pada usia 2 sampai 7 hari.bahwa ini adalah normal,efek sementara dari estrogen ibu.
Punggung
Kepatenan anus harus ditetapkan, pasase mekonium memastikan kepatenan tersebut.Bayi harus dibalik sehingga pemeriksa dapat menginspeksi lipatan gluteal untuk simetrisitas. Lipatan yang asimetris dapat menunjukan abnormalitas panggul atau tungkai.
Pengkajian Neurologis
Pengkajian neurologis penuh tidak perlu untuk bayi term normal.Kebanyakan pengkajian telah dilakukan pada pemeriksaan fisik.
Pemberian Makanan Bayi
Orang tua harus diberi informasi akurat mengenai pilihan pemberian makan bayi dalam upaya untuk membuat keputusan berdasarkan informasi. ASI mempunyai keuntungan dibanding menyusu botol. ASI mengandung protein Whey, menghasilkan sedikit dadih dalam lambung dan lebih mudah diabsorpsi dar pada protein dalam formula, dan juga kalori serta lipid.
Higiene
Kulit bayi baru lahir sangat rentan untuk mengering.Selain menyebabkan ketidaknyamanan, mandi berlebihan dapat menyebakan dermatitis popok dan memperburuk cradle cap.Selama 24 sampai 48 jam pertama penggunaan energi diperlukan oleh bayi baru lahir untuk mempertahankan suhu.
PERILAKU BAYI BARU LAHIR YANG NORMAL
Bayi baru lahir tidur 16 sampai 18 jam sehari, paling sering blok waktu 45 menit sampai 2 jam.Mencoba untuk mendapatkan jadwal tidur bayi biasanya tidak berhasil.
IKTERIK
Setengah sampai dua pertiga dari semua bayi term normal tampak ikterik.Untuk memahami ikterik, penting untuk meninjau ulang perubahan hematologis normal pada bayi baru lahir.
PEMERIKSAAN LANJUTAN
Bayi lahir dirumah atau dipulankan dari rumah sakit dalam 24 jam perlu evaluasi dari profesional perawatan kesehatan pada hari ke-3 kelahiran.Bayi mungkin mengalami penurunan berat badan 10% tetapi hidrasinya baik dan berkemih dan defekai dengan ormal.
IMUNISASI
Imunisasi bayi baru lahir adalah inisiatif publik untuk berupaya menghilngkan hepatitis.Meskipun vaksin hepatitis sangat efektif, durasi imunitas tidak diketahui.bila orang tua memilih vaksin, dosis pertama diberikan hari pertama setelah lahir,dengan dosis ulangan pada minggu ke-8 dan bulan ke-6.
DAFTAR PUSTAKA
Cronk, Mary. 1992. Community Midwifery. British Library : London.
Syahlan, J.H. 1996. Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan : Jakarta.
Walsh, Linda V. 2001. Midwifery Community Based Care During Childbearing Year. W.B. Saunders Company, USA.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar